Ahlan wa Sahlan ....ya Akhi ...ya Ukhti ......

" Fastabikhul Khoirots "

Berlomba2 dalam Kebaikan ....
Menyuguhkan " Good Influence "

Sabtu, 19 April 2008

Tips Menikahi WNA

Tips Menikahi WNA

Kemajuan jaman memang memudahkan orang untuk saling berhubungan dimanapun mereka berada dan saya merasakan dampaknya yang nyata dengan menemukan pasangan lewat internet.
Mula-mula saya berhubungan dengan calon suami ( sekarang suami) lewat internet, dilanjutkan kemudian lewat telepon dan sesekali saling mengirim kartu pos atau sekedar hadiah.
Tak terasa hubungan kami makin erat dan saling ada kecocokan hingga tanpa pernah bertemu sekalipun kami sudah berani berbicara mengenai kemungkinan untuk menikah.
Akhirnya, setelah enam bulan berhubungan di dunia maya, dia terbang ke Indonesia.
Inilah perjalanannya ke Asia untuk pertama kalinya dan dimaksudkan secara khusus mengunjungi saya. Tentu saja saya tersanjung sekali.
Bersama adik, saya menjemputnya di airport.
Ketika akhirnya kami saling bertatap muka untuk pertama kalinya, kami merasa seperti bertemu dengan seseorang yang sudah sangat kami kenal selama bertahun-tahun lamanya.
Tak ada canggung sedikitpun.
Anehnya lagi, orang tua saya pun langsung ‘jatuh cinta’ dengannya dan merestui hubungan kami.
Kata mereka sosok suami saya itu sama persis dengan sosok yang selalu menolong mereka keluar dari kerumunan massa selama menjalankan ibadah haji.
Alhamdulillah, tanpa ada hambatan apapun lamaran dia diterima dengan baik.
Tapi dia tidak bisa berlama-lama di Indonesia sebab cutinya hanya seminggu.
Setelah dia kembali ke negaranya, kami tetap melanjutkan hubungan via email dan telepon.
Barulah delapan bulan sejak pertemuan pertama, kami menikah di kota kelahiran saya dengan cara yang sangat sederhana.
Kami hanya mengudang tetangga kiri-kanan dan sejumlah kerabar terdekat.
Beruntung saya tidak mengalami sedikitpun kesulitan dalam pengurusan surat-surat kelengkapan menikah. Pernikahanpun berjalan dengan lancar.
Namanya kota kecil berita pernikahan saya cepat menyebar seluruh penjurunya apalagi saya menikahi seorang warga negara asing.
Sebetulnya itu tidak menjadi masalah buat saya .....yang justru menjadi masalah adalah munculnya gunjingan karena pernikahan kami dirayakan dengan sangat sederhana untuk ukuran kota saya...... padahal saya menikah dengan orang asing.
Belum reda gunjingan tersebut selang dua hari dari hari ‘H’, seorang teman menelpon hendak meminjam uang dalam jumlah yang besar menurut ukuran saya, tentunya dia berpikir karena saya menikahi lelaki asing.... otomatis saya menjadi orang kaya.
Syukurlah akhirnya teman tsb mau memahami keadaan saya.
Soal gunjingan, biarkanlah anjing menggonggong, demikian prinsip saya.
Tentu saja menikah dengan seseorang yang hanya ditemui secara nyata dalam waktu yang singkat membutuhkan kerja keras agar pernikahan ini dapat berjalan dengan baik, apalagi selain faktor diatas ......kami juga berasal dari dua kultur yang berbeda.
Pada hari-hari pertama kami bersama, kadang-kadang muncul hal-hal mencengangkan dan membingungkan bagi kedua belah pihak.
Tampaknya hal-hal itu sepele saja tapi saya percaya bila tidak dikomunikasikan bisa berlarut-larut dan menghasilkan kekecewaan yang akhirnya bisa merusak hubungan pernikahan itu sendiri.
Misalnya, kebiasaan saya yang disadari ataupun tidak kadangakala tampak aneh dimatanya, contohnya suatu saat saya sedang menyiapkan makan malam di dapur.
“ Masak apa, Honey?” tanyanya.
“ Ikan.”
Lalu dia melongok ke dapur.
“ Tuna steak !” katanya setelah melihat masakan yang sedang saya siapkan.
Menurutnya.... saya harus membiasakan diri menjawab sesuatu dengan spesifik, tidak menjawab dengan kata-kata general.
Jawaban saya dengan kata2 yang general menunjukkan kemiskinan berbahasa dan konotasinya tampak tidak berpendidikan.
Padahal, saat itu, menurut saya apa salahnya menjawab dengan jawaban general semacam itu, bukankah lebih singkat dan mudah ?
Alhamdulillah, seperti yang sudah saya tuliskan diatas dengan kerja keras untuk bersedia saling memahami, saling banyak memaafkan, dan siap mental dengan selalu ingin memberikan yang terbaik buat pasangan membuat kami tetap bisa bertahan dalam pernikahan hingga memasuki tahun kelima, bahkan sekarang kami sudah dikarunia seorang anak, makin lengkaplah kebahagiaan kami.



Dalam kesempatan ini saya ingin berbagi beberapa hal praktis yang bisa dilakukan oleh WNI bila mempunyai hubungan serius lewat internet dengan seorang WN US/Canada :
Meskipun Anda sudah yakin seyakin yakinnya bahwa si dia betul-betul bonafide, ada baiknya cek dulu latar belakang dia lewat layanan background check yang tersedia diberbagai website.
Gunanya agar Anda bisa melakukan re-check tentang data-data pribadinya. Biasanya dari layanan tersebut Anda akan mendapatkan informasi mengenai nama lengkap, umur, nomor telepon terbaru, alamat tempat tinggalnya dalam sepuluh tahun terakhir, data keuangan (pernah masuk file bankrupcy / tidak) dan data kriminalitas bila ada. Memang Anda harus membayar untuk mendapatkan info tersebut tapi tidak terlalu mahal, bahkan ada yang tarifnya hanya sekitar US$10 saja.

Ketahuilah prosedur hukum yang mengikat Anda bila menikah dengannya, baik hukum di Indonesia maupun hukum di negara (bagian) tempat tinggalnya.

Siapkan diri bahwa berdasarkan hukum Indonesia yang masih berlaku bila Anda menikah dengan orang asing, sebagai istri tidak bisa menjadi sponsor suami untuk tinggal di Indonesia dan juga Anda tidak mempunyai hak sama sekali untuk menurunkan kewarganegaraan kepada anak-anak kandung Anda sendiri.

Konsekuensinya bila Anda memutuskan tinggal di Indonesia, setiap tahun harus mengurus ijin tinggal anak yang membutuhkan waktu dan dana tidak sedikit, sementara suami harus mendapatkan perusahaan yang mau memperkerjakan dan mensponsorinya. Point ini tidak berlaku bagi WNI pria yang menikahi WNA. Pria WNI tetap bisa mensponsori istrinya untuk tinggal di Indonesia dan bisa menurunkan kewarganegaraan kepada anaknya.

Bila Anda memutuskan tinggal di negara pasangan Anda, mulailah bangun credit history secepat mungkin, jaga agar reportnya selalu bagus. Ini penting sebagai tanda bahwa Anda bisa dipercaya untuk mendapatkan kredit di kemudian hari.

Berusahalah hidup mandiri secara financial secepat mungkin di negeri pasangan Anda.

Siapkan mental bahwa hidup di negara seperti US/Canada bukanlah untuk berwisata dan senang-senang, tetapi banyak sekali dituntut sikap mandiri, berpikiran terbuka/positif dan lapang dada dalam segala hal.


Mudah-mudahan hal-hal yang sudah saya ungkapkan diatas dapat berguna.

Terima kasih.

Salam dari US,

( Lintang )




Wassalam


Distributed by
Echost
Personal Email

Tidak ada komentar: